Selasa, 23 April 2013

TAHARAH / Thaharah

 Salah satu diantara keistimewaan islam yang menonjol adalah perhatiannya terhadap kesucian dan kebersihan baik jasmani maupun rohani. Kebersihan dan kesucian jasmani berkaitan dengan perihal yang bersifat fisik lahiriah, seperti badan, pakaian, tempat dan alat-alat yang digunakan untuk makanan dan minuman dari kotoran dan najis. Sedangkan kebersihan dan kesucian rohani berarti terbebas dari hadats sebagai syarat untuk melaksanakan ibadah.
Dalam Al Qur’an maupun Hadits banyak ditemukan petunjuk-petunjuk maupun perintah-perintah agar umat islam senantiasa bersih dan suci. Sebaliknya, islam juga banyak memberikan penjelasan tentang akibat manusia yang tidak menjaga kebersihannya.

A.    PENGERTIAN TAHARAH Info Lengkap  <a href="http://komisifb.com/?id=abdan1992"> buka & klik disini aja kawan </a>       
Menurut bahasa, kata taharah berarti bersih atau suci, sedangkan menurut istilah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membersihkan diri, pakaian atau tempat dari dari hadats atau najis. Hadas berhubungan dengan badan, sedangkan najis berhubungan dengan badan, pakaian, dan tempat. Hadas bersifat immateri, tidak dapat dibuktikan wujud, bau dan rasa, sedangkan najis bersifat materi, yakni dapat dibuktikan wujud, bau, atau mungkin rasa.
ان الله يحب التوابين ويحب المتطهرين  .
Artinya :
….Sesungguhnya, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang mensucikan diri. (Q.S. Al Baqarah 2:222)

B.    MACAM-MACAM ALAT BERSUCI
Alat atau benda yang dapat digunakan untuk bersuci menurut Islam ada dua macam, yaitu benda padat dan benda cair.
1.     Benda Padat
Benda padat yang dimaksud adalah batu, kertas, daun dan kayu. Semua benda tersebut dalam keadaan bersih dan tidak terpakai.
2.     Benda Cair
Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air. Ada dua jenis air yaitu air yang dapat digunakan untuk bersuci mutlak dan air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci.

C.    TATA CARA BERSUCI
Bersuci dari najis dan hadats adalah termasuk amalan penting dalam hukum Islam, diantaranya untuk melaksanakan ibadah sholat, sebagai syarat sahnya adalah suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian serta tempatnya. Tata cara bersuci dari hadats dan najis adalah sebagai berikut :
1.   Bersuci dari Najis
a.   Bersuci menggunakan benda padat atau debu
Cara ini dilakukan dengan menggosokan debu atau benda padat tersebut pada bagian badan yang akan dibersihkan secara perlahan-lahan dan dilakukan berkali-kali sampai diyakini kotoran atau najisnya hilang. Menurut etika Islam tangan yang digunakan untuk menggosok adalah tangan kiri sedangkan tangan kanan digunakan untuk mengambil benda atau alat bersucinya. Benda yang lazim digunakan untuk istinjak adalah batu sedangkan penggunaannya disunnahkan sebanyak tiga kali (tiga gosokan) hal tersebut dimaksudkan agar badan benar-benar bersih dari sisa-sisa kotoran. Hal tersebut didasarkan pada sebuah hadis berikut:
عن سلمان قال : نهانا رسـولالله صلى الله عليه وسلم : ان نستنجي باقل من ثلاثة احجار )رواه مسلم : 385(
Artinya :
Dari Salman Berkata “ Rasulullah saw. Telah bersabda kami istinjak dengan batu kurang dari tiga buah.” (HR. Muslim : 385)

b.   Bersuci menggunakan benda cair / Air
Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air. Air yang boleh digunakan untuk bersuci, ada pula yang tidak boleh atau tidak sah untuk bersuci. Bersuci menggunakan air dapat dilakukan dengan cara sebagai beriku :
1.   Apabila najis tersebut bersifat immaterial atau berwujud maka harus dibersihkan dulu kemudian baru menyiramnya dengan air sebanyak tiga kali atau lebih sekiranya kita yakin najis tersebut sudah hilang.
2.   Apabila najis tersebut tidak bersifat immaterial maka untuk mensucikannya cukup dengan membasuh air sebanyak tiga kali atau lebih sekiranya najis tersebut hilang.
Berikut ini penjelasan mengenai air yang boleh digunakan untuk bersuci dan air yang tidak boleh atau tidak sah digunakan untuk bersuci.
1.   Air yang suci dan mensucikan, artinya air yang halal diminum dan sah digunakan untuk bersuci, seperti air hujan, air sumur, air laut, air salju, air embun, dan air sungai selama semuanya itu belum barubah warna, bau dan rasa.
2.   Air suci tapi tidak mensucikan, artinya air yang halal di konsumsi tapi tidak sah untuk bersuci, misalnya : air kelapa, air teh, air kopi, dan air yang dikeluarkan dari pepohonan.
3.   Air mutanajis (air yang terkena najis). Air ini tidak halal dikonsumsi dan tidak sah untuk bersuci. Misalnya:
a.   Air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis.
b.   Air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya walaupun terkena najis, tetapi dalam jumlah sedikit (kurang dari dua kulah).
4.   Air yang makruh dipakai bersuci, seperti air yang terjemur atau terkena panas matahari dalam bejana, selain bejana emas dari perak.
5.   Air mustakmal, adalah air yang telah digunakan untuk bersuci dan jumlahnya kurang dari dua kulah walaupun tidak berubah warnanya. Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci karena dikhawatirkan telah terkena kotoran atau najis sehingga dapat mengganggu kesehatan.

2.     Bersuci dari Hadats
Hadas ialah perkara yang menyebabkan seseorang wajib berwudu atau mandi janabah jika hendak melaksanakan shalat. Orang yang berhadas dikatakan tidak suci (walaupun bersih). Mengenai hadats, fukaha membaginya menjadi dua macam, yaitu hadas kecil dan hadas besar.
a.   Hadas kecil ialah hadats yang dapat disucikan dengan cara wudu dan tayamum. Adapun yang termasuk hadas kecil ialah mengeluarkan air seni (kencing), air besar (berak), hilang akal karena gila, tidur dengan tidak duduk, dan menyentuh kemaluannya sendiri dengan telapak tangan namun sebagian ulama menyatakan tidak batal.
b.   Hadats besar ialah hadas yang dapat disucikan dengan mandi. Apabila yang bersangkutan berhalangan untuk mandi karena sakit atau sebab yang lain, mandi dapat diganti dengan tayamum. Sebab-sebah yang mewajibkn mandi adalah sebagai berikut :
o   Melakukan hubungan suami istri (bersetubuh), baik mengeluarkan mani atau tidak.
o   Keluar mani baik sengaja atau tidak disengaja.
o   Selesai menjalani masa haid.
o   Setelah menjalani masa nifas.

D.     KOTORAN DAN NAJIS
Kotoran dan najis adalah sesuatu yang menghalangi sahnya ibadah (shalat). Kata kotor adalah sebutan bagi benda atau barang yang tidak sedap d pandang mata karena terkena atau tercampuri benda lain.
Najis ialah sesuatu yang kotor menurut agama. Manusia tidak boleh membuat aturan sendiri untuk menentukan apakah suatu benda itu najis ataukah tidak melainkan Agama telah menentukan jenis-jenis barang atau benda yang tergolong najis.
Berikut ini adalah macam-macam najis dan cara mensucikannya;
1.   Najis Mughaladah (Najis Berat)
Yaitu najis yang di sebabkan dari liur anjing atau babi yang mengenai suatu anggota badan atau suatu benda. Cara menyuci kan najis ini adalah lebih dahulu mengilangkan wujud benda najis itu, kemudian di cuci air bersih sebanyak 7 kali dan salah satunya dengan tanah.

2.   Najis Mutawasithah (Najis Sedang)
Najis mutawasithah ada 2 macam yaitu:
a.   Najis Mutawasithah hukmiyah adalah najis yang d yakini adanya, namun tidak ada bau, rasa, ataupun wujudnya. Seperti air kencing yang sudah kering. Cara menyucikannya cukup menyiram air di atasnya.
b.   Mutawasithah ‘ainiyah adalah najis yang masih ada wujud, bau ataupun rasa. Cara menyucikannya ialah di basuh ampai hilang wujud, bau, ataupun rasa (kecuali jika wujud itu susah di hilangkannya).

3.   Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Seperti najis anak laki-laki yang belum makan apa-apa, kecuali ASI dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara menyucikan najis ini cukup memercikan air pada benda yang terkena najis.
Air kencing anak perempuan yang sama umurnya dengan anak laki-laki dan belum makan apa-apa selain ASI, cara menyucikannya harus di bersihkan dengan air yang mengalir pada benda yang terkena najis  sehingga hialng rasa, warna, dan baunya.

Dari segi hukumnya, najis dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1.     Najis ‘Ainiyah
Najis ‘ainiyah adalah benda najis yang masih ada materinya, seperti zat, rasa dan bau Secara hukum ia najis tapi materi najisnya sudah hilang, cara mensucikan benda yang terkena najis ‘ainiyah, dicuci sehingga hilang materi najis itu, rasa, warna dan baunya. Kecuali warna atau bau yang sangat sulit dihilangkan maka dimaafkan.
2.      Najis Hukmiyah
Najis hukmiyah adalah najis yang materinya sudah hilang, seperti air kencing yang sudah kering. Benda yang kena najis hukmiyah, cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda tersebut. (Sulaiman Rasyid : 1994, H 36)





3 komentar: