Salah satu diantara keistimewaan islam yang menonjol
adalah perhatiannya terhadap kesucian dan kebersihan baik jasmani maupun
rohani. Kebersihan dan kesucian jasmani berkaitan dengan perihal yang bersifat
fisik lahiriah, seperti badan, pakaian, tempat dan alat-alat yang digunakan
untuk makanan dan minuman dari kotoran dan najis. Sedangkan kebersihan dan
kesucian rohani berarti terbebas dari hadats sebagai syarat untuk melaksanakan
ibadah.
Dalam Al Qur’an maupun Hadits banyak ditemukan
petunjuk-petunjuk maupun perintah-perintah agar umat islam senantiasa bersih
dan suci. Sebaliknya, islam juga banyak memberikan penjelasan tentang akibat
manusia yang tidak menjaga kebersihannya.
A. PENGERTIAN
TAHARAH Info Lengkap <a href="http://komisifb.com/?id=abdan1992"> buka & klik disini aja kawan </a>
Menurut bahasa, kata taharah berarti bersih
atau suci, sedangkan menurut istilah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan
seseorang dengan tujuan membersihkan diri, pakaian atau tempat dari dari hadats
atau najis. Hadas berhubungan dengan badan, sedangkan najis berhubungan dengan
badan, pakaian, dan tempat. Hadas bersifat immateri, tidak dapat dibuktikan
wujud, bau dan rasa, sedangkan najis bersifat materi, yakni dapat dibuktikan
wujud, bau, atau mungkin rasa.
ان
الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
.
Artinya
:
….Sesungguhnya, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai
orang yang mensucikan diri. (Q.S. Al Baqarah 2:222)
B. MACAM-MACAM
ALAT BERSUCI
Alat atau benda yang dapat digunakan untuk
bersuci menurut Islam ada dua macam, yaitu benda padat dan benda cair.
1. Benda
Padat
Benda
padat yang dimaksud adalah batu, kertas, daun dan kayu. Semua benda tersebut
dalam keadaan bersih dan tidak terpakai.
2. Benda
Cair
Benda
cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air. Ada dua jenis air yaitu air
yang dapat digunakan untuk bersuci mutlak
dan air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci.
C. TATA
CARA BERSUCI
Bersuci dari najis dan hadats adalah termasuk
amalan penting dalam hukum Islam, diantaranya untuk melaksanakan ibadah sholat,
sebagai syarat sahnya adalah suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian
serta tempatnya. Tata cara bersuci dari hadats dan najis adalah sebagai berikut
:
1. Bersuci
dari Najis
a. Bersuci
menggunakan benda padat atau debu
Cara ini dilakukan dengan menggosokan debu
atau benda padat tersebut pada bagian badan yang akan dibersihkan secara
perlahan-lahan dan dilakukan berkali-kali sampai diyakini kotoran atau najisnya
hilang. Menurut etika Islam tangan yang digunakan untuk menggosok adalah tangan
kiri sedangkan tangan kanan digunakan untuk mengambil benda atau alat
bersucinya. Benda yang lazim digunakan untuk istinjak adalah batu sedangkan
penggunaannya disunnahkan sebanyak tiga kali (tiga gosokan) hal tersebut
dimaksudkan agar badan benar-benar bersih dari sisa-sisa kotoran. Hal tersebut
didasarkan pada sebuah hadis berikut:
عن سلمان قال :
نهانا رسـولالله صلى الله عليه وسلم : ان نستنجي باقل من ثلاثة احجار )رواه
مسلم : 385(
Artinya
:
Dari
Salman Berkata “ Rasulullah saw. Telah bersabda kami istinjak dengan batu
kurang dari tiga buah.” (HR. Muslim : 385)
b. Bersuci
menggunakan benda cair / Air
Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci
adalah air. Air yang boleh digunakan untuk bersuci, ada pula yang tidak boleh
atau tidak sah untuk bersuci. Bersuci menggunakan air dapat dilakukan dengan
cara sebagai beriku :
1. Apabila najis
tersebut bersifat immaterial atau berwujud maka harus dibersihkan dulu kemudian
baru menyiramnya dengan air sebanyak tiga kali atau lebih sekiranya kita yakin
najis tersebut sudah hilang.
2. Apabila najis
tersebut tidak bersifat immaterial maka untuk mensucikannya cukup dengan
membasuh air sebanyak tiga kali atau lebih sekiranya najis tersebut hilang.
Berikut ini penjelasan mengenai air yang
boleh digunakan untuk bersuci dan air yang tidak boleh atau tidak sah digunakan
untuk bersuci.
1. Air
yang suci dan mensucikan, artinya air yang halal
diminum dan sah digunakan untuk bersuci, seperti air hujan, air sumur, air
laut, air salju, air embun, dan air sungai selama semuanya itu belum barubah
warna, bau dan rasa.
2. Air
suci tapi tidak mensucikan, artinya air yang halal di
konsumsi tapi tidak sah untuk bersuci, misalnya : air kelapa, air teh, air
kopi, dan air yang dikeluarkan dari pepohonan.
3. Air
mutanajis (air yang terkena najis). Air ini tidak halal
dikonsumsi dan tidak sah untuk bersuci. Misalnya:
a. Air yang sudah
berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis.
b. Air yang belum
berubah warna, bau, dan rasanya walaupun terkena najis, tetapi dalam jumlah
sedikit (kurang dari dua kulah).
4. Air
yang makruh dipakai bersuci, seperti air yang terjemur
atau terkena panas matahari dalam bejana, selain bejana emas dari perak.
5. Air
mustakmal, adalah air yang telah digunakan untuk
bersuci dan jumlahnya kurang dari dua kulah walaupun tidak berubah warnanya.
Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci karena dikhawatirkan telah terkena
kotoran atau najis sehingga dapat mengganggu kesehatan.
2. Bersuci
dari Hadats
Hadas ialah perkara yang menyebabkan
seseorang wajib berwudu atau mandi janabah jika hendak melaksanakan shalat.
Orang yang berhadas dikatakan tidak suci (walaupun bersih). Mengenai hadats,
fukaha membaginya menjadi dua macam, yaitu hadas kecil dan hadas besar.
a. Hadas kecil ialah
hadats yang dapat disucikan dengan cara wudu dan tayamum. Adapun yang termasuk
hadas kecil ialah mengeluarkan air seni (kencing), air besar (berak), hilang
akal karena gila, tidur dengan tidak duduk, dan menyentuh kemaluannya sendiri
dengan telapak tangan namun sebagian ulama menyatakan tidak batal.
b. Hadats besar ialah
hadas yang dapat disucikan dengan mandi. Apabila yang bersangkutan berhalangan
untuk mandi karena sakit atau sebab yang lain, mandi dapat diganti dengan
tayamum. Sebab-sebah yang mewajibkn mandi adalah sebagai berikut :
o Melakukan hubungan suami
istri (bersetubuh), baik mengeluarkan mani atau tidak.
o Keluar mani baik sengaja
atau tidak disengaja.
o Selesai menjalani masa haid.
o Setelah menjalani masa
nifas.
D. KOTORAN
DAN NAJIS
Kotoran dan najis adalah sesuatu yang
menghalangi sahnya ibadah (shalat). Kata kotor adalah sebutan bagi benda atau
barang yang tidak sedap d pandang mata karena terkena atau tercampuri benda
lain.
Najis ialah sesuatu yang kotor menurut agama.
Manusia tidak boleh membuat aturan sendiri untuk menentukan apakah suatu benda
itu najis ataukah tidak melainkan Agama telah menentukan jenis-jenis barang
atau benda yang tergolong najis.
Berikut ini adalah macam-macam najis dan cara
mensucikannya;
1. Najis
Mughaladah (Najis Berat)
Yaitu najis yang di sebabkan dari liur anjing
atau babi yang mengenai suatu anggota badan atau suatu benda. Cara menyuci kan
najis ini adalah lebih dahulu mengilangkan wujud benda najis itu, kemudian di
cuci air bersih sebanyak 7 kali dan salah satunya dengan tanah.
2. Najis
Mutawasithah (Najis Sedang)
Najis
mutawasithah ada 2 macam yaitu:
a. Najis Mutawasithah
hukmiyah adalah najis yang d yakini adanya, namun tidak ada bau, rasa, ataupun
wujudnya. Seperti air kencing yang sudah kering. Cara menyucikannya cukup
menyiram air di atasnya.
b. Mutawasithah ‘ainiyah
adalah najis yang masih ada wujud, bau ataupun rasa. Cara menyucikannya ialah
di basuh ampai hilang wujud, bau, ataupun rasa (kecuali jika wujud itu susah di
hilangkannya).
3. Najis
Mukhaffafah (Najis Ringan)
Seperti najis anak laki-laki yang belum makan
apa-apa, kecuali ASI dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara menyucikan najis ini
cukup memercikan air pada benda yang terkena najis.
Air kencing anak perempuan yang sama umurnya
dengan anak laki-laki dan belum makan apa-apa selain ASI, cara menyucikannya
harus di bersihkan dengan air yang mengalir pada benda yang terkena najis
sehingga hialng rasa, warna, dan baunya.
Dari segi hukumnya, najis
dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Najis ‘Ainiyah
Najis ‘ainiyah adalah benda
najis yang masih ada materinya, seperti zat, rasa dan bau Secara hukum ia najis
tapi materi najisnya sudah hilang, cara mensucikan benda yang terkena najis
‘ainiyah, dicuci sehingga hilang materi najis itu, rasa, warna dan baunya.
Kecuali warna atau bau yang sangat sulit dihilangkan maka dimaafkan.
2. Najis Hukmiyah
Najis hukmiyah adalah najis
yang materinya sudah hilang, seperti air kencing yang sudah kering. Benda yang
kena najis hukmiyah, cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda
tersebut. (Sulaiman Rasyid : 1994, H 36)
landasan teoritis tu keapa dan ????
BalasHapuslandasan teoritis tu, semacam teori yg kita idhafati.
Hapusbngung saiia dan ae :D
Hapus