Selasa, 30 Oktober 2012

Hellanistis, Stoasisme, Epikurisme, Skeptisisme dan Neoplatonisme


BAB II
PEMBAHASAN
HELLENISME
Pengertian Hellenisme
Istilah Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa yunani kuno Hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang yunani (to speak or make greek).
Pengguna’an Istilah Hellenisme
Hellenisme klasik: Yaitu kebudaya’an yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM. Hellenisme secara umum. Hellenisme secara umum: Istilah yang menunjukkan kebudaya’an yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil, Syiria, Mesopotomia,dan Mesir yang lebih tua.
Rentang Waktu Masa Hellenis
            Lama periode ini kurang 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (Masa Alexander Agung atau meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM (berkembangnya agama Kristen atau zaman philo).
Tentang Hellenisme:
1.      Hellenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai Negara dan kebudaya’an menjadi hilang. Kebudaya’an yang berbeda-beda yang ada pada zaman ini melebur menjadi satu yang menampung gagasan agama, politik dan ilmu pengetahuan.
2.      Secara umum ditandai dengan keagungan agama, melarutnya kebudaya’an dan posisme.

Fenomena Hellenisme
·         Dalam Konteks Agama
Ciri umum pembentukan agama baru sepanjang periode Hellenisme adalah muatan ajaran mengenai bagaimana umat manusia dapat terlepas dari kematian. Ajaran ini seringkali merupakan rahasia, dengan menerima ajaran dan menjalankan ritual-ritual tertentu, orang yang percaya dapat mengharapkan keabadian jiwa dan kehidupan yang kekal. Suatu wawasan menyangkut hakikat sejati alam semesta sama pentingnya dengan upacara agama untuk mendapatkan keselamatan.
·         Dalam Konteks Filsafat
Filsafat bergerak semakin dekat kearah “keselamatan” dan ketenangan. Filsafat juga harus membebaskan manusia dari pesisme dan rasa takut akan kematian. Secara umum, filsafat Hellenisme tidak begitu orisionil, tidak ada plato baru Ariestoteles baru yang muncul dipanggung. Sebaliknya, ketiga filsafat terbesar itu menjadi sumber ilham bagi sejumlah aliran filsafat yang akan kita kemukakan secara ringkas secara ini.
·         Dalam Konteks ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan Hellenistisk pun berpengaruh oleh campuran pengetahuan dari berbagai budaya’an. Kota Alexandria memainkan peranan penting disini sebagai tempat pertemuan timur dan barat, sementara Athena tetap merupakan pusat filsafat yang masih menjalankan ajaran-ajaran filsafat Plato dan Ariestoteles, Alexandria menjadi pusat ilmu pengetahuan. Dengan perpustaka’an yang sangat besar, kota ini menjadi pusat matematika, astronomi, biologi dan ilmu pengobatan.

STOISISME
Mazhap stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari Kition sekitar tahun 300 SM. Nama stoa menunjukkan kepada serambi bertiang, tempat Zeno memberikan pelajaran. Menurut stosisme jagat raya dari dalam sama sekali ditentukan oleh suatu kuasa yang disebut “logos” itu. Berdasarkan rasionya, manusia sanggup mengenal orde universal dalam jagat raya, ia akan hidup bijaksana dan bahagia asal saja ia bertindak menurut rasionya, jika memang demikian ia akan menguasai nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara sempurna, supaya dengan penuh keinsyafan ia menaklukkan diri pada hukum-hukum alam. Seorang yang hidup menurut prinsip-prinsip stoisisme sama sekali tidak memperdulikan kematian dan segala malapetaka lain, karena insyaf bahwa semua itu akan terjadi menurut keharusan mutlak. Sudah nyata kiranya bahwa etika stoisisme itu betul-berul bersifat kejam dan menuntut watak yang sungguh-sungguh kuat.
            Mungkin karena cocok dengan tabiat romawi yang bersifat agak pragmatic, dikemudian hari stosisme mengalami sukses besar dalam kekaisaran Romawi, dua orang Roma yang terkenal sebagai pengikut mazhab stoa ialah Seneca (2-65M) dan kaisar Aurehius (121-180).
EPIKURISME (341-271 SM)
Epikuros (341-271) berasal dari pulau samos mendirikan sekolah filsafat baru Athena, ia menghidupkan kembali atomisme Demokritos. Menurut pendapat Epikurisme, segala-galanya terdiri atom yang senantiasa bergerak secara kebetulan tubrukan yang satu dengan yang lainnya. Manusia hidup bahagia jika ia mengakui susunan dunia ini dan tidak ditakutkan oleh dewa-dewa apapun juga. Dewa-dewa tidak mempengaruhi dunia, lagi pula agar dapat hidup bahagia manusia mesti menggunakan kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin, tetapi terlalu banyak kesenangan akan menggelisahkan bathin manusia. Orang bijak tahu membatasi diri dan terutama mencari kesenangan rohani supaya keada’an bathin tetap tenang.
SKEPTISISME
            Skeptisisme tidak merupakan suatu aliran yang jelas melainkan satu tendensi agak umum yang hidup terus sampai akhir masa Yunani kuno, mereka berpikir bahwa dalam bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian. Pelapor sketisisme di Yunani adalah PYRHO (365-375 SM).
NEOPLATONISME
            Puncak terakhir dalam sejarah filsafat Yunani adalah ajaran yang disebut “Neoplatonisme”. Sebagaimana namanya sudah menyatakan itu, aliran ini bermaksud menghidupkan kembali filsafat plato, tetapi itu tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidak dipengaruhi oleh filusuf-filusuf lain, seperti Ariestoteles misalnya dan mazhab stoa. Sebenarnya ajaran ini merupakan semacam sintesa dari semua aliran filsafat sampai pada sa’at itu, dimana plato diberi tempat istimewa.
            Filusuf yang menciptakan sintesa itu bernama Plotinos (203/4-269/70) ia lahir di Mesir dan pada umur 40 tahun ia tiba di Roma untuk mendirikan suatu sekolah filsafat disana, sesudah meninggalnya sekitar tahun 270M. Karangan-karangan Plotinos dikumpulkan dan diterbitkan oleh muridnya Phorphyrios dengan judul Enneadeis. Seluruh system filsafat Plotinos berkisar pada konsep kesatuan, atau dapat juga kita katakan bahwa seluruh system filsafat Plotinos berkisar pada Allah disebut nama “yang satu”.

FILSAFAT SOKRATES, PLATO DAN ARISTOTELES


BAB II
FILSAFAT SOKRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES

Sufisme
Beberapa sumber prihal etomologi dari kata ”Sufi”. Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Sufi(صوف),bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua sufi mengenakan jubah atau pakaian dari luar. Teori, etimologis yang lainnya menyatakan bahwa akar kata dari sufi adalah Safa(صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme. Pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani thheosofie artinya ilmu ketuhanan.
Sejarah Paham
            Merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Mesti sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Ini didorong oleh kesungguhan untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam kehidupan sangat berendah-rendah diri dan menghina-hina diri terhadap Tuhan.Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu,sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut PAHAM SUFI,SUFISME atau PAHAM TASAWUF, dan orangnya disebut ORANG SUFI.
A.    Sokrates
Sokrates hidup pada tahun kurang lebih tahun 469-399 SM dan Domekritos pada tahun­­ kurang iebih 460-370 SM yang kedua hidup sejaman dengan Zeno yang dilahirkan pada tahun kurang lebih 490 SM dan lain-lainnya, serta disebut sebagai filosuf Pra sokrates, dimana filsafat mereka tidak dipengaruhi oleh Sokrates.Harus diketahui bahwa kaum sofis hidup bersama-sama dengan Sokrates. Dimana hidup sokrates dan kaum sofis susah dipindahkan dan menurut Cicero, difinisi Sokrates adalah memindahkan filsafat dari langit dan bumi artinya sasaran diselidikinya bukan jagat raya melainkan manusia, dan tujuan menjadikan manusia menjadi sasaran pemikiran filsuf.
Sokrates melahirkan bermacam-macam orang atau ahli Politik, Pejabat, tukang dan lainya-lainnya, dengan mencapai tujuan yaitu membuka kedok segala peraturan atau hukum yang semu, sehingga tampak sipatnya yang semu dan mengajak orang melacak atau menelusuri sumber-sumber hukum yang sejati (Dengan Hipotese). Dan menurut sokrates bahwa alat untuk eudemonia atau kebahagiaan adalah kebijakan atau keutamaan tidak  diartikan secara moral. Socrates terkenal dengan: “keutama’an adalah pengetahuan“ yaitu keutama’an di bidang hidup baik tentu menjadi orang dapat hidup baik.
Dengan demikian zaman Sokrates adalah zaman yang sangat penting sekali, karena merupakan zaman mewujudkan zaman penghubungan, yang menghubungkan pemikiran pra Sokrates dan pemikiran Helenis.
B.     Plato
Adalah filsuf Yunani pertama yang berdasarkan karya-karya yang utuh. Di lahirkan dari keluarga terkemuka dari kalangan politisi, semula ingin bekerja sebagai seorang politikus, karena kematian Sokrates (Muridnya selama 8 tahun), Plato memendamkan ambisinya tersebut.
Kemudian Plato mendirikan sekolah akademi (Dekat kuil Akademos) dengan maksud untuk memberikan pendidikan yang intensip dalam ilmu pengetahuan dan filsafat.
Perbeda’an antara Sokrates dengan Plato adalah dimana mengusahakan adanya difinisi tentang hal yang bersifat umum guna menentukan hakikat atau esensi segala sesuatu, karena tidak puas dengan mengetahui, hanya tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan satu persatu, sedangkan Plato meneruskan usaha itu sevara lebih maju lagi dengan mengemukakan, bahwa hakikat atau esensi segala sesuatu bukan haanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyata’an, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara kongrit yang disebut “Idea”, dimana Idea itu nyata ada, didalam dunia Idea (hanya satu yang bersifat kekal).
Plato menekankan kepada kebenaran yang di luar dunia ini, hal itu tidak berarti bahwa ia bermaksud melarikan diri dari dunia. Dunia yang kongrit ini dianggap penting, hanya saja hal sempurna tidak dapat dicapai didalam dunia ini. Namun kita harus berusaha hidup sesempurna mungkin, yang tampak dalam ajarannya tentang Negara yang adalah puncak filsafat Plato.
Menurut Plato, golongan didalam Negara yang Idea harus terdiri dari 3 bagian yaitu:
a.       Golongan yang terdiri dari para yang memerintah (orang bijak/filsuf).
b.      Golongan pembantu yaitu para prajurit yang bertujuan menjamin keamanan.
c.       Glongan terendah yaitu rakyat biasa, para petani dan tukang serta para pedagang yang menanggung hidup ekonomi Negara.
C.    Aristoteles
Dilahirkan di Stragerira Yunani utara anak seorang dokter pribadi raja Makedonia dan pada umur kira-kira 18 tahun dikirim ke Athena untuk belajar kepada Plato. Dan setelah Plato meninggal, Aristoteles mendirikan sekolah di Assos (Asia Kecil) pada tahun 343 SM kembali ke Makedonia unntuk menjadi pendidik Alexander yang Agung.
Ketika Alexander meninggal pada tahun 322 SM, Aristoteles dituduh sebagai mendurhaka dan lari ke Khalkes sampai meninggal. Karyanya banyak sekali akan tetapi sulit menyusun secara sistematis, ada yang membagi-bagikannya, ada yang ke tiga, manusia adalah pana, Gayus adalah manusia, jadi Gayus adalah fana.
Cara menyimpulkan ini disebut Syllogisme (uraian penutup) suatu Syllogisme terdiri dari tiga bagian yaitu suatu dalil umum, yang disebut minor (Gayus adalah manusia) dan kesimpulannya (Gayus adalah fana), Syllogisme, mewujudkan puncak logika Aristoteles.
Aristoteles mengajarkan dua macam pengenalan yaitu pengenalan inderawi pengetahuan tentang bentuk berada tanpa maretinya. Sedangkan pengenalan rasional mengetahui hakikat sesuatu, jenis sesuatu yang bersifat umum.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.      Filsafat adalah berasal dari kata Yunani yaitu Filosofia berasal dari kata kerja Filosofis artinya mencintai kebijaksana’an, akan tetapi belum menampakkan hakikat yang sebenarnya adalah kepada kebijaksana’an.
2.      Filsafat berkembang mulai zaman filsafat kuno sampai pada pertengahan seperti Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng.
3.      Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum Asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauh diri dari kemewahan dan kesenangan).
4.      Plato yakin bahwa disamping hal-hal beraneka ragam dan yang dikuasai oleh gerak perubahan-perubahan itu tentu ada yang tetap, yang tidak berubah. Menurut Plato tidak mungkin yang satu, harus menolak yang lain dan juga tidak mungkin kedua-duanya berdiri-sendiri, yang satu lepas dari pada yang lain. Plato ini mempertahankan keduanya, memberi hak berada bagi keduanya.
5.      Aristoteles mengerjakan dua macam pengenalan, yaitu pengenalan inderawi dan pengenalan rasional.