Emosi
berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar ( Meiner dalam Khodijah,
2009:174). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai
hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat
belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Penjelasan tentang hal ini
dapat diambil dari teori tentang struktur dan cara kerja otak, yaitu Otak
Triune. Menurut teori ini, otak manusia terdiri dari manusia terdiri dari tiga
bagian dan pemanfaatan seluruh bagian otak dapat membuat belajar lebih
cepat,lebih menarik, dan lebih efektif. Dari ketiga bagian otak tersebut,
bagian otak yang memainkan peran dalam belajar adalah neokoerteks, sedang yang
memainkan peran besar dalam emosi adalah sistem limbik. Jika siswa mengalami
emosi positif, maka sel-sel saraf akan mengirim impuls-impuls positif ke
neokorteks dan proses belajar pun dapat terjadi. Sebaliknya, jika siswa
mengalami emosi negatif, maka tertutup kemungkinan untuk timbulnya
impuls-impuls yang mendorong belajar, tetapi yang terjadi adalah meningkatnya
fungsi mempertahankan diri terhadap emosi yang tidak menyenangkan.
Akibatnya,proses belajar menjadi lamban atau bahkan terhenti.
Karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan
emosi yang positif pada diri pelajar. Jika siswa mengalami emosi positif,
mereka dapat menggunakan neokorteks untuk tugas-tugas belajar. Untuk
menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Lingkungan yang dimaksud di sini mencakup lingkungan fisik dan lingkungan
psikologis. Lingkungan fisik menmcakup penataan ruang kelas dan penataan alat
bantu belajar, sedang lingkunagan psikologis mencakup penggunaan musik untuk
meningkatkan hasil belajar. Penataan ruang kelas, seperti penataan tempat
duduk, pajangan, dan penyediaan wewangian, memainkan peranan penting dalam
menciptakan emosi positif dalam belajar. Bayangkan jika siswamasuk ke ruang
kelas yang pengab dan bau dengan dinding yang kosong atau pajangan, serta
susunan bangku yang membosankan, maka sulit diharapkan mereka dapat mencapai
hasil belajar yang optimal.
Selain penataan ruang kelas, penggunaan alat bantu belajar yang menarik dan
musik yang lembut juga sangat membantu dalam penciptaan lingkungan belajar yang
menyenangkan dan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan alat bantu
menimbulkan “rasa” yang lebih baik dari penjelasan yang diberikan oleh guru,
sedang irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengaruhi gelombang otak dan
detak jantung, juga membangkitkan perasaan dan ingatan ( Lozanov seperti yang
dikutip oleh DePorter, Reardon, dan Singer-Nourie, (dalam Khodijah, 2009: 176).
Dalam hal ini, penelitian menunjukkan bahwa jenis musik yang tepat untuk
merangsang dan mempertahankan lingkungan belajar yang optimal adalah musik
barok (Bach, Corelli, Tartini, Vilvadi, Handel, Pachelbel, Mozart) dan musik
klasik (Satie, Rachmaninoff). Karena struktur kord melodi dan instrumentasi
kedua jenis musik tersebut membantu tubuh untuk mencapai keadaan waspada tetapi
relaks (Schuter dan Gritton, seperti yang dikutip oleh Lozanov, seperti yang
dikutip oleh DePorter, Reardon, dan Singer Nourie, 2000 (dalam Khodijah,
2009:176).
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penciptaan emosi positif
adalah dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier, (dalam Khodijah,
2009:176), kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan
kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan
suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti
bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh dan terciptanya makna, pemahaman,
dan nila yang membahagiakan pada diri si pemelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar