Kamis, 01 November 2012

aliran-aliran filsafat

BAB I
PENDAHULUAN

I.      Latar Belakang
Di dunia barat telah membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode. Anicant atau zaman kono, zaman ini terdapat kemajuan manusia. Medieval atau pertenggahan, zaman dimana alam pikiran dikungkung atau didomonasi oleh gerija dan zaman modern yaitu zaman modern, zaman sesudah abad pertengahan berakhir hingga sekarang.
Filsafat modern pada pokoknya ada 3 aliran, yaitu aliran rasionalisme, aliran empirisme  dan aliran kritisme. Aliran emperisme adalah salah satu aliran yansg filusuf yang menekkan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal.
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal yang positif. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria  kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Sedangkan fenomenologi adalah aliran filsafat yang menyelidiki tentang rasional untuk dapat menemukan esensi yang ada dalam penampakan, yang mana penampakan disini diartikan sebagai sesuatu yang disadari oleh seseorang. Segala sesuatu yang tampak bagi kesadaran manusia merupakan wilayah kajian filsafat.

II.   Rumusan Masalah
1.      Pengertian Emperisme
2.      Pengertian Positivisme
3.      Pengertian Pragmatisme
4.      Pengertian Fenomologi


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Empirisme
Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani Empeiria yang berarti coba – coba atau pengalaman. Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosuf yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akan.
Sebagian tokohnya adalah Francif Bacon, Thomas Hobbes, Jhon Locke, David Hume dan Herbet Spencer.
  1. Francif Bacon (1210 – 1292) M
Menurutnya pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang – orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan harus dicapai dengan induksi. (kata Bacon selanjutnya: kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari dokma–dokma diambil kesimpulan. Itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkrit mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan).
  1. Thomas Hobbes (1588 – 1679) M
Menurutnya pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Sedang pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain adalah merupakan penggabungan data–data inderawi belaka.
Pendapatnya, bahwa ilmu Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Karena filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat–akibat atau tentang gejala–gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab – sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti atau ilmu alam.
  1. Jhone Locke (1632 – 1704) M
Dalam penelitiannya Ia memakai istilah sensation dan reflektion. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sedangkan reflektion adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik dari pada sensation. Tiap–tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun demikian manusia harus mendahulukan sensation karena jiwa manusia saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada sesuatu dalam jiwa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.
  1. David Hume
Solomon  menyebut hume sebagai ultimate skiptie. Skiptie  tingkat tinggi, ia dibicarakan disini sebagai seorang skiptis dan terutama sebagai seorang emperis.
  1. Herbet Spencer
Filsafat herbet spencer berpusat pada teori evolusi, sembilan tahun sebelum terbitnya karya darwin yang terkenal, The Origen of Specis (1859 M). Emperismenya sudah menerbitkan bukunya tentang teori evolusi. Emperismenya terlihat jelas dalam filsafatnya tentang The great Unknowble. Menurut spencer, kita hanya dapat mengenali fenomina-fenoina atau gejala-gejala. Memang benar dibelakang gejala-gejala ada satu dasar absolute, tetapi pada absolute itu tidak dapat kita kenal secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh spancer disebut yang tidak diketahui  (the great unknowble) sudah jelas. Demikian spencer, metafisika menjadi tidak mungkin.

B.    Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang artinya guna. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin suatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua. Tokohnya ialah William James (1842 – 1910)
Pandangan filsafatnya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
Nilai konsep atau pertimbangan kita, bergantung kepada akibatnya kepada kerjanya. Artinya bergantung kepada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar apabila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan kemungkinan–kemungkinannya.

C. Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang di luar fakta atau kenyataan di kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Tokohnya adalah August Comte (1798–1857) M. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen merupakan ukuran – ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan dan lain – lain.
Positivisme pada dasarnya bukanlan suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran–ukuran. Jadi, positifisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
Menurut August Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap, tahap teologis, tahap metafisis dan tahap ilmiah/positif.
Tahap pertama: Zaman Teologis, zaman dimana manusia percaya bahwa dibelakang gejala–gejala alam, terdapat kuasa–kuasa adi kodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala–gejala tersebut.
Tahap kedua: Zaman Meafisis, kekuatan yang adi kodrati diganti dengan ketentuan – ketentuan abstrak.
Tahap ketiga: Tahap Positi/Ilmiah, anusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya, sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta–fakta pengamatan dengan memakai akal.
Hukum 3 tahap ini tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap perseorangan. Umpamanya sebagai kanak–kanak adalah seorang teolog pemuda menjadi metafisis dan sebagai orang dewasa ia adalah seorang fisikus.


C.    Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semu. Kebalikannya kenyataan yang dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indera. Misalnya penyakit flu gejalanya batuk dan pilek.
Dalam filsafat fenomenologi arti di atas berbeda dengan apa yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indera, karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah dan tidak harus berupa kejadian–kejadian. Jadi apa yang kelihatan dalam dirinya sendiri seperti apa adanya.
Tokohnya adalah Edmun Husserl (1839–1939) M,yang  banyak dikenal dengan bapak fenomenologi, fenomenologi adalah satu disiplin yang mencoba mengambarkan apa yang tampak bagi kita melalui pengalaman tampa dikacaukan pengendain-pengendain awal walaupun spekulasi-spekulasi hepotesis. Motto yang terkenal dari Husserl adalah “kembali kepada objek itu sendiri”. Dimana kita diajak melepas pengandaian-pengandaian kita yang mungkin sekali salah, ketika kita melihat sesuatu.
Fenomenologi adalash sebuah studi dala bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomona. Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilu hermencutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti dari fenomina itu.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh johann henrich lambert (1728-1777) seorang filusof jerman. Dalam bukunya Neves Organnon (1764) ditulisnya tentang ilmu yang tidak nyata.

BAB III
KESIMPULAN

1.      Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosuf yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri. Sebagai tokohnya adalah Francif Bacon, Thomas Hobbes dan Jhon Locke.
2.      Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang di luar fakta atau kenyataan di kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Tokohnya adalah August Comte.
3.      Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Tokohnya ialah William James.
4.      Fenomenologi yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semu. Tokohnya adalah Edmun Husserl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar