BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Di
dunia barat telah membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode.
Anicant atau zaman kono, zaman ini terdapat kemajuan manusia. Medieval atau
pertenggahan, zaman dimana alam pikiran dikungkung atau didomonasi oleh gerija
dan zaman modern yaitu zaman modern, zaman sesudah abad pertengahan berakhir
hingga sekarang.
Filsafat
modern pada pokoknya ada 3 aliran, yaitu aliran rasionalisme, aliran
empirisme dan aliran kritisme. Aliran emperisme
adalah salah satu aliran yansg filusuf yang menekkan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan
akal.
Positivisme
adalah aliran filsafat yang berpangkal yang positif. Pragmatisme adalah aliran
dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupan nyata.
Sedangkan
fenomenologi adalah aliran filsafat yang menyelidiki tentang rasional untuk
dapat menemukan esensi yang ada dalam penampakan, yang mana penampakan disini
diartikan sebagai sesuatu yang disadari oleh seseorang. Segala sesuatu yang
tampak bagi kesadaran manusia merupakan wilayah kajian filsafat.
II.
Rumusan Masalah
1. Pengertian Emperisme
2. Pengertian
Positivisme
3. Pengertian
Pragmatisme
4. Pengertian Fenomologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Empirisme
Istilah Empirisme diambil
dari bahasa Yunani Empeiria yang berarti coba – coba atau pengalaman. Emperisme
adalah salah satu aliran dalam filosuf yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan
akan.
Sebagian tokohnya adalah
Francif Bacon, Thomas Hobbes, Jhon Locke, David Hume dan Herbet Spencer.
- Francif Bacon (1210 – 1292) M
Menurutnya pengetahuan yang
sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang – orang melalui persentuhan
inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang
sejati. Pengetahuan harus dicapai dengan induksi. (kata Bacon selanjutnya: kita
sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari dokma–dokma diambil
kesimpulan. Itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkrit
mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan).
- Thomas Hobbes (1588 – 1679) M
Menurutnya pengalaman
inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh
dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Sedang pengetahuan intelektual
(rasio) tidak lain adalah merupakan penggabungan data–data inderawi belaka.
Pendapatnya, bahwa ilmu
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Karena filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat–akibat atau tentang gejala–gejala
yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk
mencari sebab – sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan
prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti atau ilmu alam.
- Jhone Locke (1632 – 1704) M
Dalam penelitiannya Ia
memakai istilah sensation dan reflektion. Sensation adalah suatu yang dapat
berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan
meraihnya. Sedangkan reflektion adalah pengenalan intuitif yang memberikan
pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik dari pada sensation.
Tiap–tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan
reflection. Walaupun demikian manusia harus mendahulukan sensation karena jiwa
manusia saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu kosong
bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada sesuatu dalam jiwa sejak
lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.
- David Hume
Solomon menyebut hume sebagai ultimate skiptie.
Skiptie tingkat tinggi, ia dibicarakan
disini sebagai seorang skiptis dan terutama sebagai seorang emperis.
- Herbet Spencer
Filsafat herbet spencer
berpusat pada teori evolusi, sembilan tahun sebelum terbitnya karya darwin yang
terkenal, The Origen of Specis (1859 M). Emperismenya sudah menerbitkan bukunya
tentang teori evolusi. Emperismenya terlihat jelas dalam filsafatnya tentang
The great Unknowble. Menurut spencer, kita hanya dapat mengenali
fenomina-fenoina atau gejala-gejala. Memang benar dibelakang gejala-gejala ada
satu dasar absolute, tetapi pada absolute itu tidak dapat kita kenal secara
prinsip pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi antara gejala-gejala.
Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh spancer disebut yang tidak
diketahui (the great unknowble) sudah
jelas. Demikian spencer, metafisika menjadi tidak mungkin.
B.
Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari
kata pragma (bahasa Yunani) yang artinya guna. Pragmatisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah
sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran
sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin suatu konsep atau peraturan sama
sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti
berguna bagi masyarakat lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat
yang kedua. Tokohnya ialah William James (1842 – 1910)
Pandangan filsafatnya
menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat, yang
berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal sebab pengalaman kita berjalan
terus dan segala yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya.
Nilai konsep atau
pertimbangan kita, bergantung kepada akibatnya kepada kerjanya. Artinya
bergantung kepada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu.
Pertimbangan itu benar apabila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan
kemungkinan–kemungkinannya.
C. Positivisme
Positivisme adalah aliran
filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang di luar fakta
atau kenyataan di kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Tokohnya adalah August Comte
(1798–1857) M. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Kekeliruan indera akan dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen
merupakan ukuran – ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh
diukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan dan lain – lain.
Positivisme pada dasarnya
bukanlan suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia
menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran–ukuran.
Jadi, positifisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
Menurut August Comte,
perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap, tahap teologis, tahap
metafisis dan tahap ilmiah/positif.
Tahap pertama: Zaman
Teologis, zaman dimana manusia percaya bahwa dibelakang gejala–gejala alam,
terdapat kuasa–kuasa adi kodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala–gejala
tersebut.
Tahap kedua: Zaman Meafisis,
kekuatan yang adi kodrati diganti dengan ketentuan – ketentuan abstrak.
Tahap ketiga: Tahap Positi/Ilmiah,
anusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan
metafisis tidak ada gunanya, sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang
berasal dari fakta–fakta pengamatan dengan memakai akal.
Hukum 3 tahap ini tidak
hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga
berlaku bagi tiap perseorangan. Umpamanya sebagai kanak–kanak adalah seorang
teolog pemuda menjadi metafisis dan sebagai orang dewasa ia adalah seorang
fisikus.
C.
Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari
kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semu.
Kebalikannya kenyataan yang dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang
dapat diamati lewat indera. Misalnya penyakit flu gejalanya batuk dan pilek.
Dalam filsafat fenomenologi
arti di atas berbeda dengan apa yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak
perlu harus diamati oleh indera, karena gejala juga dapat dilihat secara
batiniah dan tidak harus berupa kejadian–kejadian. Jadi apa yang kelihatan
dalam dirinya sendiri seperti apa adanya.
Tokohnya adalah Edmun
Husserl (1839–1939) M,yang banyak
dikenal dengan bapak fenomenologi, fenomenologi adalah satu disiplin yang
mencoba mengambarkan apa yang tampak bagi kita melalui pengalaman tampa
dikacaukan pengendain-pengendain awal walaupun spekulasi-spekulasi hepotesis.
Motto yang terkenal dari Husserl adalah “kembali kepada objek itu sendiri”.
Dimana kita diajak melepas pengandaian-pengandaian kita yang mungkin sekali
salah, ketika kita melihat sesuatu.
Fenomenologi adalash sebuah
studi dala bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomona.
Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilu hermencutik,
yaitu ilmu yang mempelajari arti dari fenomina itu.
Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh johann henrich lambert (1728-1777) seorang filusof jerman.
Dalam bukunya Neves Organnon (1764) ditulisnya tentang ilmu yang tidak nyata.
BAB III
KESIMPULAN
1. Emperisme adalah
salah satu aliran dalam filosuf yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri. Sebagai tokohnya adalah
Francif Bacon, Thomas Hobbes dan Jhon Locke.
2. Positivisme adalah
aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang di luar
fakta atau kenyataan di kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu
pengetahuan. Tokohnya adalah August Comte.
3. Pragmatisme adalah
aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah
apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Tokohnya ialah
William James.
4. Fenomenologi yaitu
suatu hal yang tidak nyata dan semu. Tokohnya adalah Edmun Husserl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar