BAB
II
PEMBAHASAN
HELLENISME
Pengertian Hellenisme
Istilah
Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa yunani kuno
Hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang yunani (to
speak or make greek).
Pengguna’an Istilah Hellenisme
Hellenisme
klasik: Yaitu kebudaya’an yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM.
Hellenisme secara umum. Hellenisme secara umum: Istilah yang menunjukkan
kebudaya’an yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil,
Syiria, Mesopotomia,dan Mesir yang lebih tua.
Rentang Waktu Masa Hellenis
Lama periode ini kurang 300 tahun,
yaitu mulai 323 SM (Masa Alexander Agung atau meninggalnya Aristoteles) hingga
20 SM (berkembangnya agama Kristen atau zaman philo).
Tentang Hellenisme:
1. Hellenisme
ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai Negara dan kebudaya’an
menjadi hilang. Kebudaya’an yang berbeda-beda yang ada pada zaman ini melebur
menjadi satu yang menampung gagasan agama, politik dan ilmu pengetahuan.
2. Secara
umum ditandai dengan keagungan agama, melarutnya kebudaya’an dan posisme.
Fenomena Hellenisme
·
Dalam
Konteks Agama
Ciri
umum pembentukan agama baru sepanjang periode Hellenisme adalah muatan ajaran
mengenai bagaimana umat manusia dapat terlepas dari kematian. Ajaran ini
seringkali merupakan rahasia, dengan menerima ajaran dan menjalankan
ritual-ritual tertentu, orang yang percaya dapat mengharapkan keabadian jiwa
dan kehidupan yang kekal. Suatu wawasan menyangkut hakikat sejati alam semesta
sama pentingnya dengan upacara agama untuk mendapatkan keselamatan.
·
Dalam
Konteks Filsafat
Filsafat
bergerak semakin dekat kearah “keselamatan” dan ketenangan. Filsafat juga harus
membebaskan manusia dari pesisme dan rasa takut akan kematian. Secara umum,
filsafat Hellenisme tidak begitu orisionil, tidak ada plato baru Ariestoteles
baru yang muncul dipanggung. Sebaliknya, ketiga filsafat terbesar itu menjadi
sumber ilham bagi sejumlah aliran filsafat yang akan kita kemukakan secara
ringkas secara ini.
·
Dalam
Konteks ilmu pengetahuan
Ilmu
pengetahuan Hellenistisk pun berpengaruh oleh campuran pengetahuan dari
berbagai budaya’an. Kota Alexandria memainkan peranan penting disini sebagai
tempat pertemuan timur dan barat, sementara Athena tetap merupakan pusat
filsafat yang masih menjalankan ajaran-ajaran filsafat Plato dan Ariestoteles,
Alexandria menjadi pusat ilmu pengetahuan. Dengan perpustaka’an yang sangat
besar, kota ini menjadi pusat matematika, astronomi, biologi dan ilmu
pengobatan.
STOISISME
Mazhap
stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari Kition sekitar tahun 300 SM. Nama stoa
menunjukkan kepada serambi bertiang, tempat Zeno memberikan pelajaran. Menurut
stosisme jagat raya dari dalam sama sekali ditentukan oleh suatu kuasa yang
disebut “logos” itu. Berdasarkan rasionya, manusia sanggup mengenal orde
universal dalam jagat raya, ia akan hidup bijaksana dan bahagia asal saja ia
bertindak menurut rasionya, jika memang demikian ia akan menguasai
nafsu-nafsunya dan mengendalikan diri secara sempurna, supaya dengan penuh
keinsyafan ia menaklukkan diri pada hukum-hukum alam. Seorang yang hidup
menurut prinsip-prinsip stoisisme sama sekali tidak memperdulikan kematian dan
segala malapetaka lain, karena insyaf bahwa semua itu akan terjadi menurut
keharusan mutlak. Sudah nyata kiranya bahwa etika stoisisme itu betul-berul
bersifat kejam dan menuntut watak yang sungguh-sungguh kuat.
Mungkin karena cocok dengan tabiat
romawi yang bersifat agak pragmatic, dikemudian hari stosisme mengalami sukses
besar dalam kekaisaran Romawi, dua orang Roma yang terkenal sebagai pengikut
mazhab stoa ialah Seneca (2-65M) dan kaisar Aurehius (121-180).
EPIKURISME (341-271 SM)
Epikuros
(341-271) berasal dari pulau samos mendirikan sekolah filsafat baru Athena, ia
menghidupkan kembali atomisme Demokritos. Menurut pendapat Epikurisme,
segala-galanya terdiri atom yang senantiasa bergerak secara kebetulan tubrukan
yang satu dengan yang lainnya. Manusia hidup bahagia jika ia mengakui susunan
dunia ini dan tidak ditakutkan oleh dewa-dewa apapun juga. Dewa-dewa tidak
mempengaruhi dunia, lagi pula agar dapat hidup bahagia manusia mesti
menggunakan kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin, tetapi
terlalu banyak kesenangan akan menggelisahkan bathin manusia. Orang bijak tahu
membatasi diri dan terutama mencari kesenangan rohani supaya keada’an bathin
tetap tenang.
SKEPTISISME
Skeptisisme
tidak merupakan suatu aliran yang jelas melainkan satu tendensi agak umum yang
hidup terus sampai akhir masa Yunani kuno, mereka berpikir bahwa dalam bidang
teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah
kesangsian. Pelapor sketisisme di Yunani adalah PYRHO (365-375 SM).
NEOPLATONISME
Puncak
terakhir dalam sejarah filsafat Yunani adalah ajaran yang disebut
“Neoplatonisme”. Sebagaimana namanya sudah menyatakan itu, aliran ini bermaksud
menghidupkan kembali filsafat plato, tetapi itu tidak berarti bahwa
pengikut-pengikutnya tidak dipengaruhi oleh filusuf-filusuf lain, seperti
Ariestoteles misalnya dan mazhab stoa. Sebenarnya ajaran ini merupakan semacam
sintesa dari semua aliran filsafat sampai pada sa’at itu, dimana plato diberi
tempat istimewa.
Filusuf yang menciptakan sintesa itu
bernama Plotinos (203/4-269/70) ia lahir di Mesir dan pada umur 40 tahun ia
tiba di Roma untuk mendirikan suatu sekolah filsafat disana, sesudah
meninggalnya sekitar tahun 270M. Karangan-karangan Plotinos dikumpulkan dan
diterbitkan oleh muridnya Phorphyrios dengan judul Enneadeis. Seluruh system
filsafat Plotinos berkisar pada konsep kesatuan, atau dapat juga kita katakan
bahwa seluruh system filsafat Plotinos berkisar pada Allah disebut nama “yang
satu”.